Kamis, 14 November 2013

Terapi Lintah-Hirudo Medicinalis

Waktu ibu saya di tahun 2012 mengidap menyakit myom, ibu mengikuti pengobatan alternatif selama kurang lebih 3 bulan, sebelum beliau akhirnya benar-benar menjalani oprasi pengangkatan myom. Dari beberapa kesempatan ibu berobat ke tempat alternatif herbal disekitar Sukabumi, saya sengaja mengantar hampir 3x.
Di kedatangan saya yang ke 3,saya penasaran dengan pengobatan yang ibu saya jalani. Yang akhirnya saya mencoba masuk keruangan pengobatan. Dan tahukah kalian, ibu saya menjalani terapi lintah. Ketertarikan saya melihat pengobatan yang cukup aneh ini, membuat saya juga ingin mencobanya.
Dengan berbekal alasan ingin mengobati jerawat (menantang pembuktian bahwa lintah bisa membersihkan darah kotor), si dokter dengan perawakan yang tidak terlalu tinggi dan berpakaian pakaian rumah, langsung menyuruh saya untuk duduk. Kemudian, dia memberi minyak (tidak tahu jenisnya) ke bagian kening saya.
Setelah itu, si dokter mengambil lintah seukuran jari kelingking saya. Sepertinya lintah yang diambilnya adalah lintah yang paling kecil. Cpooooooot, lintahnya mulai mencium kening saya. Rasanya, perih, darah yang ada di kening saya disedot. Alirannya sangat terasa. Tapi itu hanya permulaan. Selanjutnya, saya merasa kebal dan tidak merasakan apa-apa. Hingga lintah yang tadinya sebesar kelingking, membesar seperti jempol kaki saya.
Dari pengalaman saya saat itu, saya jadi orang yang sangat kepo terhadap binatang lintah. Apakah kalian juga seperti itu?


Banyak sekali hal yang kecil atau menjijikan selalu dianggap sepele dan tidak ada gunanya. Padahal, jika sudah tahu ilmu atau asal-usulnya banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan. Seperti halnya lintah. Hewan yang termasuk kedalam filum Annelida kelas Hirudinea ini nyatanya punya segudang manfaat di dunia medis. Apa saja? Kepoin yuk!!!

Hewan yang umunya berwarna hitam dan berlendir ini dapat hidup didarat, air tawar dan air asin. Jadi intinya, bisa hidup dimana saja. Hewan yang juga berkelamin ganda atau hermaprodit ini memiliki antokoagulan dalam tubuhnya atau anti pembekuan darah dan penisilin, zat anti radang dan anestesi untuk pembiusan.

Pernah mendengar Hirudo Medicinalis? Terapi yang saya jalani ini mulai diperkenalkan di abad ke 18 Masehi. Menurut sebuah riset yang dilakukan di Eropa, terapi lintah yang digabungkan dengan pengobatan herbal atau medis membuktikan lintah dapat meningkatkan efektifitas obat. Dan hebatnya dari makhluk Allah ini adalah tidak ditemukan efek samping dari terapinya. Dalam terapinya, lintah dapat menstabilkan hormone serotonin yang bermanfaat untuk melancarkan aliran peredaran darah dan oksigen pada jaringan saraf yang sangat halus di kepala. Mungkin ini salah satu bukti, kenapa dokter terapi lintah menempatkan lintah diatas kening saya.
Selama lintah menyedot darah saya lintah tersebut mengeluarkan semacam campuran kompleks yang berbeda secara biologis dan zat aktif kadalam luka gigitan lintah. Dari hasil kajian-kajian dan penelitian ilmiah yang dilakukan para pakar, menyebutkan bahwa lintah mengandung zat-zat yang sarat manfaat untuk tubuh manusia, diantaranya adalah;



  1. Histamin: zat pengembang yang terdapat pada air liur lintah
  2. Hirudin; pencegah pembekuan darah adar darap tetap mengalir
  3. Hyaluronidase: zatyang berfungsi sebagai obat bius
  4. Thrombin: zat engaktif konversi fibrin dan fibrinogen
  5. Anti Kolagen: zat untuk pengendalian dan perawatan trobosit. Berfungsi untuk penuaan dini dan dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik. Anti kolagen ini terdapat pada air liur lintah

Punya penyakit-penyakit dibawah ini? Coba saja dengan terapi lintah!!!
1.      Reaksi Inflamasi
  1. Penyakit jantung
  2. Rematik
  3. Vena dan varises vena
  4. Radang sendi dan tegang otot.
  5. Antidyscratic terapi dari racun dan penyakit mental
  6. Trombosis dan emboli
  7. Stagnasi darah dan kondisi kejang
Tertarik untuk mencoba terapi lintah? Aman dan gak ada efek sampingnya ko! Selamat mencoba…(rif)

Jumat, 08 November 2013

Laporan Percobaan Elektrolisis



A.   Tujuan
Mengamati reaksi yang terjadi di anode dan katode pada reaksi elektrolisis

B.   Landasan Teori

Dalam sel elektrolisis dapat dihasilkan suatu reaksi kimia dari aliran elektron dalam bentuk arus listrik. Reaksi kimia yang terjadi pada sel elektrolisis adalah reaksi redoks tidak spontan.
Rangkaian sel elektrolisis pertama kali dirancang oleh seorang ilmuwan inggris, Michael Faraday, yang mampu mengalirkan arus listrik dari suatu larutan elektrolit. Pada rancangan dasar sel elektrolisis, katoda merupakan kutub negatif, sebaliknya anoda merupakan kutub positif.
Sel elektrolisis memerlukan energi dari luar agar terjadi reaksi kimia (reaksi tidak spontan), sebaliknya sel volta tidak memerlukan energi dari luar. Pemberian tanda positif dan negatif elektroda pada sel elektrolisis berdasarkan pada potensial listrik dari luar system. Sedangkan pada sel volta berdarkan nilai potensial reduksi standar kedua electrode.
Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis tergantung dari bentuk elektrolit dan electrode yang digunakan. Jadi, reaksi dalam sel elektrolisis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
    • Sel elektrolisis dengan elektrolit lelehan,
    • Sel elektrolisis dengan larutan elektrolit dengan electrode inert,
    • Sel elektrolisis dengan larutan elektrolit dengan electrode reaktif

C.   Alat dan Bahan:
1.      Alat:
a.       Klem Kuning persa/ Penjepit buaya
b.      Boshed
c.       Statif Besi
d.      Tabung U pipa samping
e.       Gelas Kimia
f.       Corong
g.      Baterai
h.      Kabel merah dan hitam
i.        Pipet tetes

2.      Bahan:
a.       Elektroda (karbon dari baterai)
b.      Larutan KI
c.       Penoktalin
d.      Indikator Universal
e.       Tabung reaksi
f.       Pipet tetes
g.      Larutan amilum


D.   Cara Kerja :

1.    Masukkan larutan KI kedalam pipa U
2.    Hubungkan elektrode karbon dengan penjepit buaya yang tersambung dengan baterai
3.    Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda (amati sekitar 5 manit)
4.    Masukkan indikator universal ke dalam tabung reaksi yang masih kosong
5.    Ambil larutan dari katode dengan menggunakan pipet tetes dan masukkan kedalam tabung reaksi yang telah diisi dengan indikator universal
6.    Ambil beberapa tetes larutan di katode dan masukkan kedalam tabung reaksi yang masih kosong tetesi dengan indikator penoftalin
7.    Masukkan larutan amilum kedalam tabung reaksi lainnya yang masih kosong tetesi larutan amilum dengan larutan yang berasal dari anode
8.    Amati perubahan yang terjadi di masing masing tabung reaksi

E.   Hasil Pengamatan

Cairan di Ruang
Perubahan selama elektrolisa
Perubahan Setelah ditambah
PP
IU
Amilum

KATODE

Ada gelembung gas

Pink

pH>7

Keruh

ANODE

Warna menjadi Keruh
Tidak berwarna

pH<7

Hitam



F.    Kesimpulan

1.      Reaksi yang terjadi adalah :
                KI(aq)                             à        K+  +  I-
            K : 2H2O(l) + 2e-          à        H2 + OH-
            A : 2I-(AQ)                     à        I2 + 2e-
2.      Katode: terjadi gelembung karena adanya  reaksi reduksi air, karena ion K+  merupakan logam golongan IA yang memiliki E0 paling negatif. Ini menyebabkan ion K+ tidak bisa mengalami reduksi.
3.      Anode: larutan menjadi keruh (seperrti betadine) karena adanya oksidasi I- menjadi I2 , karena E0 yang bernilai positif. Warna kuning itu sendiri berarti iodin . Pada suhu ruangan iodine berbentuk cair.  Benar tidaknya warna itu adalah iodine, dibuktikan dengan diberikannya cairan iodine tersebut pada amilum, amilum pun menjadi ungu kehitam-hitaman.
4.      Oksidasi dan reduksi terjadi secara bersamaan
5.      Logam yang menjadi elektroda mempengaruhi reaksi yang terjadi dalam sel elektrolisis

Sel Volta ke 2


Percobaan 2
A.   Tujuan  
Menentukan kutub positif dan kutub negatif dalam sel volta
B.   Landasan Teori
Dalam sel volta, Semakin ke kanan letak suatu logam dalam deret volta, makin besar harga potensial elektroda standarnya. Hal ini berarti bahwa logam-logam di sebelah kanan mudah mengalami reduksi serta sukar mengalami oksidasi. Makin ke kiri letak suatu logam dalam deret volta, makin kecil harga potensial elektroda standarnya. Hal ini berarti bahwa logam-logam di sebelah kiri mudah mengalama oksidasi dan sukar mengalami reduksi.
Logam yang mengalami reduksi dalam sel volta bertindak sebagai kutub positif, dan logam yang mengalami oksidasi bertindak sebagai anoda.
Untuk mengetahui logam itu sebagai kutub positif atau negatif, voltmeter bisa membantu dalam percobaan ini. Jarum pada voltmeter akan bergerak kearah kiri (searah jarum jam) apabila kutub positif dari eletroda dihubungkan dengan penjepit buaya berwarna merah dan eletroda kutub negatif dihubungkan dengan penjepit buaya berwarna hitam.
C.   Alat dan bahan        
1.      Alat:
a.       Amplas
b.      Voltmeter
c.       Pisau
2.      Bahan:
a.       Cu
b.      Zn
c.       Apel


D.   Cara Kerja:
1.    Amplas Cu dan Zn
2.    Potong kecil Cu dan Zn
3.    Potong apel seperempat bagian
4.    Masukan setengah bagian Cu dan Zn kedalam apel yang sudah dipotong
5.  Jepit Cu dan Zn dengan penjepit buaya yang terpasang pada voltmeter
a.         Untuk pemasangan pertama, penjepit hitam dan merah pasang sembarang.
b.         Jika jarum voltmeter bergerak berlawanan arah jarum jam, maka pemasangan dibalik



E.   Hasil Pengamatan
No.
Kutub Positif
Kutub Negatif
Arah Jarum Jam
1.
Cu
Zn
Kanan
2.
Cu
Mg
Kiri
3.
Zn
Mg
Kiri

F.      Kesimpulan
            Dari percobaan ini bisa kita simpulkan bahwa prinsip kerja sel volta adalah menjalankan reaksi spontan dengan mengubah energy kimia menjadi energy listrik. Selain itu, pada percobaan ini juga terbukti bahwa :
a.       Mg yang dalam diagram keaktifan logam terletak paling kiri bertindak sebagai anoda atau kutub negatif jika pemakaian elektroda ini di pasangkan dengan Cu sebagai kutub positif
b.      Zn yang dalam diagram keaktifan logam terletak lebih kanan dibanding Mg bertindak sebagai katoda atau kutub positif jika pemakaian elektroda ini di pasangkan dengan Mg sebagai kutub negatif di katoda.
c.       Di katoda (Cu) terjadi reduksi
d.      Di anoda  (Zn) terjadi oksidasi