TULISAN UNTUK ALIF
OLEH : Rai Irtifaul Fikri
29 Februari 2012
Umurku sekarang 19 tahun, masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Hobbyku menulis, menulis berita menulis dairy. Hobbyku ini aku salurkan dengan bergabungnya aku menjadi reporter sekolah di salah satu media masa yang ada di kotaku.
Kalimat demi kalimat ku selesaikan dengan mudah, tulisanku kali ini harus bisa dimuat hari jum'at nanti. Dengan ditemani tiga bugkus makanan ringan dan soft drink aku duduk dibangku taman bersama Alif. Oh iya aku lupa belum ngenalin sahabatku yang satu ini. Alif adalah cowok yang aku kenal lewat proyeksi liputan photografi di salah satu media masa yang ada di kota Cianjur, umur dia gak jauh beda sama aku. Ya sekitar 3 tahun lebih tua. Dia cakep banget loh, punya rambut panjang dan jago banget motret. Aku udah kenal dia 3 bulan yang lalu tepatnya tanggal 3 November...
3 November 2011
"Jadi kapan beritanya terbit de?"
"Paling telat satu minggu dari sekarang ka!"
"Wih lama banget,"
"Ini kan bukan straight news ka, aku juga ngantri sama reporter yang lain,"
"Okedeh, sms aja ya kalo terbit!"
"Siap ka, ini yang bayar makanan kaka kan? hehe"
Alif tersenyum sambil mengangkat jempolnya. Pertemuan itu rasanya bukan pertemuan pertama, aku dan Alif udah gak canggung lagi. Layaknya teman lama kami berdua bercerita panjang lebar tentang kesibukan masing-masing. Sore Sabtu menjelang malam minggu itu kami habiskan bersama di salah satu cafe di daerah bypass warung kopi.
17.36-WIB aku pamit dan menenteng tas biru bergaris kuning berlalu meninggalkan Alif yang masih asik mengutak-ngatik kamera semi-pronya.
***
27 November 2011
Hari ini aku ada acara rapat redaktur di kantor
media masa. Jam dua nanti baru aku
hubungi Alif karena besok rubik Ngobrol
Bareng Interpreneur Bersama Alif akan terbit. Sambil makan cemilan, aku menulis
semua jadwal kegiatanku dalam dairy. Kalo tidak begini, pasti semuanya bakal
ngaret atau lebih parahnya batal satu batal semua. Sibuk-sibuk begini
sebenarnya aku orang yang paling tidak konsisten soal pekerjaan dan tugas.
Selalu malas dan terjedak jadwal lain.
“Hallo ka Alif, besok rubik Ngobrong Bareng Interpreneur Bersama Alif bakal terbit,”
“Hallo de, oh iya siap. Besok saya beli, sekalian
juga buat anak-anak fotografi,” jawab Alif dengan antusias
“Kalo mau beli banyak bisa pesan ke kantor aja ka,
besok langsung antar!”
“Kalo gitu Sisil yang atur ya!”
“don’t worry!” pungkasku
***
Lama aku terdiam, memikirkan akhir cerita dari
tulisan yang kubuat ini. Sesekali Alif melirikku, dengan mengulik kameranya
kadang aku jadi korban model colongan. Melihat tingkah lakunya seperti itu aku
jadi terpekik sendiri..
“Kenapa kamu senyum-senyum gak jelas?” cetus Alif
keheranan
“Lucu, sampe jungkir-jungkir gitu motretnya!”
“Yang bergaya bukan cuma model de, fotografer juga
harus punya gaya motret yang unik!”
“oh gitu ya? Heem semakin menarik saja ceritaku ini,”
“Apa hubungannya?”
“Aku nulis profil tentang kaka, tentang dunia
fotografi anak padjadjaran”
“Hus kamu jangan buka latar belakangku,”
“Bebas dong! Lagian aku gak pake nama kaka ko”
Alif berlalu dan kembali memainkan kameranya. Akupun
kembali meneruskan cerita yang aku tulis. Kamis besok aku bakal mengirimkannya
kesalah satu majalah yang sedang mengadakan lomba menulis profil, jika menang
tulisannya bakal terbit hari jum’at dan lumayan juga hadiahnya.
Jum’at 1 Maret 2012
Soft coppy profil Alfi sudah kupersiapkan dengan
matang, sebelum dikirim aku berniat memberi tahu Alif kalau tulisan tentangnya
bakal aku kirim. E-mail yang tidak begitu panjang yang memuat kata-kata
permohonan izin dikirim pukul 14.15. Menunggu sekitar 15 menit e-mailku sudah
Alif balas kembali.
“Boleh adiku sayang,”
Tanpa menunggu lebih lama, jari-jariku kembali
bergelut dengan keyboard mengirim tulisan itu.
Semalaman aku tak bisa tidur, terus menerus memikirkan
tulisan itu. Dalam hati tersirat keinginan yang sangat besar untuk bisa
mendapatkan juara pertama karena cerita kehidupan Alif yang luar biasa, andai
terwujud aku berjanji untuk mengajak Alif makan dan kali ini aku yang akan
bayar semuanya. Tapi, disisi lain rasa takut menghantuiku. Melihat saingan
penulis profesional yang cukup banyak ikut serta dalam lomba itu. Jika
dibandingkan denganku mungkin sangat jauh berbeda, yang baru kali ini menulis
tentang profil seseorang.
Benda bulat berjarum hidup tak henti berputar. Hingga
jarumnya tepat berada di angka 3 dan 12. Mata sudah mulai perih, tapi kenapa
tak bisa tidur juga? Semakin membuatku bimbang.
***
Rubik Ngobrol
Bareng Interpreneur ternyata jadi trending topik di kantor. Alif juga
bilang banyak terima kasih rubik yang satu ini cukup baik.
“Nongkrong lagi yuk nanti sore? Aku mau ngucapin
banyak terima kasih!”
“Wah boleh tuh ka, di warung kopi lagi ya? Hehe”
“Siap Nyonya, kita berdua aja ya!”
“Oke-oke”
Sorenya, setelah selaesai menulis berita aku
langsung cabut ke warkop. Nyampe disana ternyata Alif udah nyampe duluan.
Pertemuan kami yang kedua ini semakin hangat saja, Alif banyak bercerita
tentang kehidupannya yang keras.
Seorang keturunan darah biru kerajaan Padjadjaran
yang tak selayaknya mendapatkan orangtua yang bercerai, dibangku SMA Alif sudah
harus memaksakan diri hidup mandiri. Uang sekolah dan kebutuhan sehari-hari
harus ia tanggung. Beruntung Alif punya skill dalam seni gambar khususnya
menggambar dengan cahaya (fotografi). Sealama 3 tahun Alif menabung hanya untuk
membeli kamera yang bisa membantu mengasah bakatnya, alhasil kini ia menjadi
salah seorang fotografer sekaligus interpreneur muda sampai kini ia berhasil
membuat sebuah komunitas fotografi.
3 jam Alif menceritakan semua kehidupannya membuatku
tertarik untu menulis profil tentangnya, ya akan ku mulai.
***
3 Maret 2012
Setelah mandi dan sarapan pagi, aku terburu-buru
berangkat kesekolah. Sebenarnya bukan karena takut kesiangan, tapi sudah gak
sabar melihat pengumuman juara lomba menulis kemarin. Sampainya aku di tukang
koran, aku serbu majalahnya.
“Sebentar mas, kenapa majalah NC gak ada?”
“Abis mba!”
“Masa baru jam 7 udah abis sih mas?” tanyaku
keheranan
Tukang koran diam tak menjawab. Semakin membuatku
keheranan...
Niatku untuk mencari ke tukang koran lain dikurung
sementara, karena bel sekolah sepertinya tak lama lagi akan berbunyi. Nafasku terhela
lemas
Sesampainya aku di gerbang, aku melihat Alif sedang
asik ngorol dengan beberapa teman kelasku. Ada apa Alif datang kesini?
“Hai Sisil? Pagi cantik!’
“Kaka kenapa disini?”
“Congrat adikku sayang, kamu menang dilomba majalah
NC!”
“Kenapa bisa tau?”
“Aku borong tuh majalah NC yang ada ditukang koran
sebrang pas tau aku ada di rubik profilnya,”
“Selamat Sisil, aku ikut bangga sama kamu!” seru
teman-temanku
Bearapapun harga kebahagiaan itu, aku yakin ini
bukan karena bagusnya tulisannku ka. Tapi karena kehidupanmu yang luar biasa
yang menariku untuk mengabadikannya. Thx