Minggu, 30 Desember 2012

Ketukan Pintu Khadizah ra.




Tiada yang lebih romantis kisah cinta terhadap lawan jenis kecuali cintanya Rasulullah kepada Kahdijah ra.
Sahabat yang saya cintai kerena Allah, saya pernah membaca sebuah postingan di blog tentang betapa besarnya cinta Rasulullah saw kepada istrinya Khadizah ra. bahkan ketika istrinya itu sudah tiada, bayangan-bayangan wanita yang menjadi salah satu assabiqunal Awwalin ini teringat dengan jelas di benaknya.
Khadijah ra adalah satu-satunya istri Rasulullah yang tidak dimadu, beliau (khadizah-red) adalah wanita yang pertama kali beriman kepada Allah dan rasul saat kenabian Rasul datang.
Khadizah juga wanita yang rela menyerahnya hartanya untuk melindungi Rasulullah saw. demi tegaknya agama islam.  Maka tak heran jika Rasulullah begitu mencintainya.
Pernah suatu ketika Aisyah ra sampai-sampai mengatakan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, “Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Maka aku pun berkata kepadanya, “Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah…!”
Teman-teman Khadiijah pun masih diingat oleh Rasul dan berpesan kepada putri-putri beliau agar terus menjalin hubungan kasih dengan mengirimkan hadiah-walau sederhana- kepada mereka.
Satu hal yang sangat berkesan dalam cerita yang saya baca adalah Rasulullah mengingat dengan jeli gerakan langkah suara dan ketukan pintu yang biasa dilakukan Khadijah ra. Diriwayatkan suatu ketika beliau mendengar ketukan dan suara serupa. Beliau berkomentar:”Ini cara ketukan Khadijah. Saya duga yang datang adalah Hala ( saudara perempuan Khadijah ra.) dan ternyata dugaan beliau benar.
Demikianlah keagungan cinta Rasulullah saw. kepada Khadijah ra. yang akan tetap terukir indah sepajang zaman. (rai/bbs)

Ketukan Pintu Khadizah ra.



Tiada yang lebih romantis kisah cinta terhadap lawan jenis kecuali cintanya Rasulullah kepada Kahdijah ra.
Sahabat yang saya cintai kerena Allah, saya pernah membaca sebuah postingan di blog tentang betapa besarnya cinta Rasulullah saw kepada istrinya Khadizah ra. bahkan ketika istrinya itu sudah tiada, bayangan-bayangan wanita yang menjadi salah satu assabiqunal Awwalin ini teringat dengan jelas di benaknya.
Khadijah ra adalah satu-satunya istri Rasulullah yang tidak dimadu, beliau (khadizah-red) adalah wanita yang pertama kali beriman kepada Allah dan rasul saat kenabian Rasul datang.
Khadizah juga wanita yang rela menyerahnya hartanya untuk melindungi Rasulullah saw. demi tegaknya agama islam.  Maka tak heran jika Rasulullah begitu mencintainya.
Pernah suatu ketika Aisyah ra sampai-sampai mengatakan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, “Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Maka aku pun berkata kepadanya, “Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah…!”
Teman-teman Khadiijah pun masih diingat oleh Rasul dan berpesan kepada putri-putri beliau agar terus menjalin hubungan kasih dengan mengirimkan hadiah-walau sederhana- kepada mereka.
Satu hal yang sangat berkesan dalam cerita yang saya baca adalah Rasulullah mengingat dengan jeli gerakan langkah suara dan ketukan pintu yang biasa dilakukan Khadijah ra. Diriwayatkan suatu ketika beliau mendengar ketukan dan suara serupa. Beliau berkomentar:”Ini cara ketukan Khadijah. Saya duga yang datang adalah Hala ( saudara perempuan Khadijah ra.) dan ternyata dugaan beliau benar.
Demikianlah keagungan cinta Rasulullah saw. kepada Khadijah ra. yang akan tetap terukir indah sepajang zaman. (rai/bbs)

Sabtu, 08 Desember 2012

Debu Itu Kecil


Cakapnya dahulu aku menengadah
Buaiannya aku berpaling
Senyumnya kuanggap penjara
Enggan aku menatapmu…

Tak kau lihatkah kecilmu ini telah besar?
Aku sudah melihat syurgaku
Dirimu kurasa cukup tahu dan jangan sekali mendekapku, mengikutiku, memenjarakan aku
Dia…
Dia yang membuka dunia, dia yang membelikanku kacamata
Sedangkan engkau? Apa? Hanya kata kah yang kau junjung tinggi ke langit?
Bisa apa kata itu? Bisa apa?

Murka Maha Besar itu kepadaku…
Bahkan tatapan merah yang membakar jagat raya mulai kurasakan
Sayang Maha Besar itu kepadaku
Bangun! Bangun! Bangun!

Aku menangis, dengan mataku yang selalu aku keluarkan
Aku lemah, dengan tubuh-tubuhku yang ku bawa kerumah dia
Aku tak berdaya, dengan pengetahuan yang selalu membuatku dilangit-langit paling atas

Debu…
Kecil
Partikel
Kecil
Atom
Kecil
Electron
Kecil
Aku
Tak ada
Uangku
Lebih
Jabatanku
Lebih-lebih-lebih
Dan apapun yang lainnya
Tak sanggup lagi kukatakan lebih se…………kian tak ada

Maha besar aku tak melihat, bisu dan tuli
Ini adalah sepotong jalan yang baru aku tempuh
Maka restulah Kau padaku sekiranya aku menambal kerusakan jalan kemarin sore…

Dan untuk kau yang selalu aku remehkan
Sekarang aku meminta katamu…